Banyuwangi, investigasi.today – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan pembangunan daerah juga harus ditopang dengan upaya pelestarian lingkungan untuk meminimalisasi munculnya dampak signifikan dari perubahan iklim.
“Tantang pemerintah daerah sekarang itu tidak hanya fiskal, tetapi perubahan iklim. Itu menjadi tanggung jawab,” kata Ipuk seusai menghadiri upacara peringatan Hari Otonomi Daerah (Otoda) XXVIII, di Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/4).
Ipuk menyatakan jika tak dipikirkan cara pencegahannya, maka perubahan iklim tak sekadar menghadirkan persoalan kesehatan warga, namun lebih luasnya mampu memunculkan kendala pada sektor pertanian.
Upaya mitigasi dampak perubahan iklim, salah satunya adalah dengan berinovasi guna menciptakan pola pertanian adaptif. Namun tak dipungkirinya program itu harus terlebih dahulu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada para petani.
Ipuk menyatakan kekhawatirannya ketika permasalahan tersebut tidak ditangani, sebab mampu mengganggu roda perekonomian daerah dan akhirnya menyebabkan pertumbuhan angka kemiskinan.
“Musim panen yang berubah akhir-akhir ini, dampaknya harga beras menjadi mahal,” ucap salah seorang kepala daerah penerima tanda kehormatan “Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha” dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Ipuk mengatakan keberhasilan pola yang dibentuk oleh pemerintah perlu dibarengi andil dari seluruh unsur perguruan tinggi.
“Kami libatkan kampus dan mahasiswa hingga pakar supaya bisa membantu pertanian di Banyuwangi,” tutur dia.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan pemerintah kabupaten/kota memiliki tanggung jawab pada langkah melestarikan lingkungan dengan menerbitkan kebijakan yang menyesuaikan karakteristik di masing-masing wilayahnya.
Oleh karena itu, kata dia, tema peringatan Hari Otoda XXVIII yang dilaksanakan di Surabaya mengusung tema “Otonomi Daerah Berkelanjutan Menuju Ekonomi Hijau dan Lingkungan yang Sehat”.
“Dampak kenaikan temperatur jika tidak disikapi serius bisa menimbulkan banjir bandang sampai kekeringan,” kata Tito. (Widodo)