Malang, Investigasi.today – Akibat kerusuhan yang terjadi pada Sabtu (1/10), usai pertandingan Derbi Super Jatim antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2 – 3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur dikabarkan ratusan orang meninggal.
Kepala dinkes Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo menyatakan lebih dari 120 orang telah meninggal akibat kerusuhan tersebut. Hingga kini pihaknya masih mendata jumlah korban luka yang terdapat di tiga rumah sakit kota dan Kabupaten Malang.
“Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena caos, berdesak-desakan, terinjak-injak dan sesak napas”, ungkap Wiyanto.
“Untuk korban luka, yang pasti lebih dari seratus orang. Saat ini sudah dirujuk ke rumah sakit Saiful Anwar dan rumah sakit Kanjuruan,” lanjutnya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta mengatakan korban meninggal dunia kerusuhan tersebut mencapai 127 orang, dua di antaranya anggota Polri.
“34 orang meninggal di dalam stadion, sementara korban yang lain meninggal di rumah sakit pada saat proses pertolongan,” ungkapnya di Polres Malang, Minggu (2/10).
“Jadi korban meninggal ada 127 orang, termasuk 2 anggota Polri,” lanjutnya.
Kericuhan berawal saat Arema FC kalah. Ribuan suporter Aremania yang tak terima tim kebanggaannya kalah, langsung merangsek masuk ke area lapangan.
Mengetahui hal tersebut, dengan sigap petugas langsung mengevakuasi Pemain Persebaya menggunakan empat mobil Polri, barracuda
untuk meninggalkan lapangan dan Stadion Kanjuruhan.
Sementara beberapa pemain Arema FC yang masih di lapangan lantas diserbu pemain. Kericuhan semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya.
Kobaran api juga muncul di sejumlah titik dalam stadion, terlihat dua unit mobil polisi yang salah satunya adalah mobil K9 dibakar. Sementara satu mobil lainnya rusak parah dengan kaca pecah dan dalam posisi miring di bagian selatan tribun VIP.
Meski petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha keras menghalau, namun karena tidak sebanding dengan jumlah ribuan suporter Arema FC membuat suasana semakin mencekam.
Kemudian petugas menembakkan gas air mata di tengah lapangan. Karena banyaknya supporter, tembakan gas air mata itu membuat banyak suporter sulit bernafas dan akhirnya pingsan.
Kepanikan mulai terjadi di area stadion, jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan tak mampu mengatasi banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis.
Para supporter yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion mulai pingsan satu persatu. (gm)