Thursday, July 3, 2025
HomeBerita BaruNasionalTsunami 20 Meter, BMKG: Ingat, Itu Hanya Potensi

Tsunami 20 Meter, BMKG: Ingat, Itu Hanya Potensi

Dwikorita Karnawati

Jakarta, Investigasi.today – Terkait viral-nya berita yang membuat panik masyarakat Indonesia, khususnya warga Banten tentang akan adanya potensi tsunami 20 meter di Selatan Pulau Jawa yang disebabkan oleh gempa megathrust akibat pergerakan lempeng tektonik di wilayah Indo-Australia dengan Eurasia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya memahami hasil riset tersebut. Potensi tsunami 20 meter hanya merupakan skenario terburuk yang akan terjadi.

“Hasil penelitian yang dilakukan BMKG, ITB dan KKP mengungkapkan bahwa ada zona di Selatan Jawa Barat dan Selatan Jawa Timur yang selama ini terkunci dan belum lepas. Sehingga energi gempa itu tertahan, jika kuncinya lepas bareng-bareng, maka energi gempa yang diakibatkan bisa mencapai magnitudo 9 MW dan menimbulkan tsunami 20 meter,” jelasnya, Sabtu (26/9).

Masyarakat diminta untuk benar-benar memahami pernyataannya, gempa dengan magnitudo 9 MW dan tsunami 20 meter merupakan kemungkinan terburuk yang akan terjadi, yakni jika ‘kunci’ di dua zona itu terlepas berbarengan.

Menurut Dwikorita, alasan BMKG mengumumkan skenario terburuk itu ke masyarakat bertujuan agar semua pihak bisa semaksimal mungkin mempersiapkan mitigasi bencana. Sehingga bisa meminimalisir jumlah korban jiwa maupun kerugian materi.

“Kita mengumumkan skenario terburuk bukan untuk membuat panik masyarakat, namun agar kita bisa bersama-sama semaksimal mungkin mencegah dampak yang akan terjadi dari bencana itu,” terangnya.

Sedangkan untuk kepastian apakah gempa megathrust dengan magnitudo 9 MW dan tsunami 20 meter akan terjadi, Dwikorita menyatakan bahwa BMKG tidak tahu, karena kepastian suatu bencana alam hanyalah Tuhan yang tahu. Namun ketidakpastian itu perlu diantisipasi dengan membuat persiapan maksimal.

“Jadi kalau ditanya ‘apakah bencana itu akan terjadi?’ ya saya tidak tahu. Tidak ada yang bisa mendahului Tuhan, tapi kan manusia bisa menghitung. Kita menghitung skenario dan dampak terburuknya,” ucapnya.

Dwikorita menjelaskan, makna dari potensi tsunami 20 meter bukan berarti seluruh Selatan Pulau Jawa akan tergulung tsunami. Tapi hanya pantai yang ketinggiannya di bawah 20 meter saja yang akan berpotensi terkena tsunami. Sementara pantai yang ketinggiannya di atas 20 meter akan aman.

“Ketinggian suatu lahan pantai kan tidak seragam, ada yang tinggi dan rendah. Jadi jangan membayangkan seluruh Banten akan tergulung tsunami 20 meter. Hanya pantai yang topografinya di bawah 20 meter saja yang berpotensi terkena tsunami,” jelasnya.

“Ingat, hanya berpotensi. Tapi berpotensi belum tentu terjadi,” tandas Dwikorita.

Skenario terburuk yang diumumkan BMKG harus disikapi sebaik mungkin dan Ia meminta pemerintah dan masyarakat berkaca pada tsunami Banten yang terjadi pada 22 Desember 2018.
Dwikorita menambahkan, tidak boleh ada lagi acara yang diselenggarakan di malam hari dan di dekat pantai, maksimal 500 meter dari bibir pantai. Selain itu, Izin mendirikan hotel dan bangunan di daerah yang dekat pantai juga harus dipertimbangkan.

“Saat itu kan kejadiannya malam, terus panggungnya itu latarnya pantai, penonton band menghadap pantai. Nah tapi kan lampu tidak menyorot ke pantai, jadinya gelap. Sehingga tidak kelihatan kalau ada tsunami,” ungkapnya.

Ia juga meminta pemerintah daerah untuk membangun jalur evakuasi serta gedung bertingkat yang besar di dataran tinggi. Selain itu, skenario terburuk ini merupakan cara BMKG untuk mengingatkan agar tidak ada lagi permukiman padat yang berada di dekat pantai yang berada di dataran rendah.

“Jangan sampai di situ ada permukiman padat penduduk, selain susah untuk evakuasi, mereka juga berpotensi terkena tsunami. Jadi saya harap pemerintah bisa menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi dengan matang,” pintanya.

“Kita ingin membangun budaya siap. Lihat Bali dan Hawai. Mereka juga wilayahnya rawan gempa, tapi sudah dipersiapkan dengan baik mitigasinya,” pungkasnya. (gm)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -



Most Popular