Madiun, Investigasi.today – Kesenian wayang kulit semalam suntuk sebagai salah satu budaya masyarakat dengan mayoritas bermatapencarian petani menjadi sarana memberikan tuntunan dan tontonan untuk masyarakat. Untuk itu ,Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji sebagai dalang agar mampu memberikan tuntunan dan tontonan tersebut sehingga masyarakat akan mengikuti petuah petuah positif dalam setiap isi pewayangan.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo saat membuka Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk dengan Ki Dalang Anom Suroto dan Ki Bayu Aji di Desa Palur, Kec. Kebonsari, Kab. Madiun, Jumat (6/10) malam. Pagelaran wayang ini sebagai wujud rasa syukur Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jawa Timur dan keluarganya.
Menurut Pakde Karwo, tuntunan lebih penting dibanding tontonan. Tetapi, tuntunan yang diberikan kepada masyarakat akan mudah diterima jika disertai dengan tontonan. “Saya kira masyarakat menyenangi wayang kulit ini karena di dalamnya terdapat banyak pesan yang bermanfaat. Ki Anom Suroto yang terkenal dengan sabetannya diharapkan mampu menyampaikan pesan atau petuah-petuah akepada masyarakat,” ujarnya.
Mengenai lakon atau cerita yang dibawakan oleh Ki Anom Suroto yakni ‘Kalimataya’, dinilainya memiliki makna mendalam, dapat diartikan sebuah bentuk kepemimpinan yang ~sustainable and change~.
Artinya, seorang pemimpin baru harus membawa kebaikan, terutama hal-hal baik dari pemimpin sebelumnya. Begitu pula pemimpin saat ini, harus mampu membimbing generasi selanjutnya. Dengan demikian, masyarakat bersama dengan pemimpin atau raja barunya tersebut bisa sambung dan mencapai segala keinginannya.
“Pemimpin harus mampu memimpin masyarakatnya dengan baik. Pemimpin harus mampu memimpin masyarakatnya tanpa gaduh. Pemimpin tidak boleh menjelekkan pemimpin sebelumnya.” ujarnya.
Dalam kesempatan sama, Gubernur kelahiran Madiun tersebut menyampaikan doa, agar Indonesia, pada umumnya, dan Jatim serta Kab. Madiun pada khususnya dalam suasana yang senantiasa kondusif, tentram, aman dan nyaman. “Semoga Indonesia dan Jatim, para petaninya memperoleh panen yang baik dan memperoleh keuntungan melimpah,” harapnya didepan ribuan masyarakat yang memadati lapangan Desa Palur Kebonsari tersebut.
Komitmen Bela Petani
Didepan penonton yang sebagian besar ipetani, Pakde Karwo yang di dampingi Wakil Gubernur Saifullah Yusuf menegaskan bahwa Pemprov Jatim berkomitmen untuk terus membela dan memihak petani.
Komitmen tersebut antara lain ditunjukkan dengan mengirim surat kepada pemerintah pusat yang berisi penolakan pemberlakuan PPN 10% bagi petani tebu. Ini dinilainya tidak pas, apalagi rendemen tebu petani hanya 7,3%. Tidak hanya tebu, Pakde Karwo juga menolak impor garam yang akan masuk ke Jatim. Menurutnya, Jatim adalah penghasil garam terbesar di Indonesia, sehingga impor garam tidak dibutuhkan.
Terkait gabah, Pakde Karwo mengharapkan petani tidak menjual gabah kering panen. Tetapi, menjual gabah kering giling sehingga ada nilai tambahnya. Ditambahkan, Pemprov Jatim telah memiliki strategi tersebut, dengan memberikan bantuan alat panen gabah, pengering dan kemasan (packaging). Jika itu dilakukan maka ada nilai tambah menjadi Rp. 12.800 dengan menjadi beras premium. Sementara, jika yang dijual gabah kering panen nilainya akan menjadi Rp. 7.800. Pilot project dilakukan di Jombang pada 13 gabungan kelompok petani.
Hadir dalam kesempatan pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini antara lain istri Gubernur Jatim Dra. Hj. Nina Soekarwo beserta keluarga, Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. H. Saifullah Yusuf beserta Hj. Fatma Saifullah Yusuf. Juga, Bupati Madiun, Magetan, Trenggalek, Ngawi serta Walikota Madiun, serta Kepala OPD Prov. Jatim. Â (Yit)