Friday, March 29, 2024
HomeBerita BaruJatimIndeks Ketahanan Pangan Diprediksi Turun

Indeks Ketahanan Pangan Diprediksi Turun

Surabaya, Investigasi.today – Pandemi Covid-19 yang belum kunjung reda membuat berbagai sektor mengalami penurunan. Meski sektor pertanian pada semester pertama 2020 mengalami pertumbuhan, namun indeks ketahanan pangan pada akhir tahun diprediksi akan turun, karena menurunnya daya beli masyarakat.

Guru Besar IPB University, Prof. Dwi  Andreas Sentosa mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan daya beli masyarakat mengalami penurunan. Bahkan diiperkirakan statistik kemiskinan juga akan meningkat, bukan hanya di perkotaan, tapi juga perdesaan.

“Kondisi ini juga membuat nilai abosolut atau indeks ketahanan pangan tahun ini lebih rendah dari tahun 2019 sebesar 62,2. Tahun indeks ketahanan pangan akan lebih rendah dari angka tersebut. Saya perkirakan angkanya akan terjun di angka 50. Bahkan hingga tahun depan,” tutur Dwi Andreas dalam keterangan persnya terkait Resesi Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Ketahanan Pangan, Kamis (17/9).

Karena itu Dwi Andreas menilai, ada tiga faktor yang menyebabkan indeks ketahanan pangan turun. Pertama, produksi padi yang turun dari ke tahun, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan beras. Kedua, kapasitas masyarakat untuk mengakses pangan masyarakat turun. Ketiga, karena kapasitas masyarakat turun, membuat kualitas pangan juga menurun.  “Agregat dari tiga faktor itu membuat indeks ketahanan pangan juga  turun,” ujarnya.

Meski indeks ketahanan pangan turun, namun Dwi Andreas melihat krisis pangan tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab, dari sisi stok pangan, khususnya beras relatif cukup besar, bahkan di pasar internasional. “Indeks ketahanan pangan ini bukan karena faktor ketersediaan, tapi kemampuan akses pangan masyarakat,” tuturnya.

Dwi Andreas mengakui, sektor pertanian memang tumbuh positif  dibandingkan yang lain. Namun pertumbuhan tersebut karena pola panen padi yang mengalami pergeseran satu bulan.  “Jika selama ini puncak panen terjadi  Februari-Maret, tahun ini menjadi April-Mei,” katanya.

Pertanyaannya bagaimana dengan kuartal ketiga? Dwi Andreas memastikan bakal terjadi penurunan. Meski penurunannya pada kuartal kedua tidak terlalu besar dari kuartal pertama. Namun penurunan akan terjadi cukup tajam di kuartal ketiga, bahkan pada kuartal keempat akan turun lagi.

“Jadi quarter to quarter akan turun, tapi pertumbuhan PDB pertanian masih ditolong dengan devisa dari kelapa sawit,” ujarnya.

Namun lanjut Dwi Andreas, jika melihat pola produksi pangan, khususnya padi, memang pola pertumbuhan dari tahun ke tahun seperti itu, quarter keempat akan lebih rendah dari quarter ketiga dan kedua.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPR RI, Mindo Sianipar mengatakan, dampak pandemi Covid-19 membuat banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga membuat masyarakat yang semula tinggal di kota kembali ke desa. “Pertanyaannya, mampukah desa untuk meneriam beban tersebut,” ujarnya.

Untuk itu Mindo berharap, pemerintah harus mendorong agar daya tahan desa meningkat. Jadi dalam kondisi pandemi, jangan disamakan bantuan ke masyarakat seperti mengatasi banjir dengan bantuan berton-ton beras yang langunsg habis.

“Kegiatannya harus membantu pedesaan. Bagaimana memanfaatkan dan optimalkan peran desa. Jadi tanpa stimulan ke desa, maka ketahanan pangan akan makin menurun. Intinya negara harus hadir dalam memberikan stimulus desa,” tegasnya. (gm)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular