Friday, March 29, 2024
HomeBerita BaruJatimMinim Perhatian Pemerintah, Korban Konservasi Pamurbaya Mengadu ke Cak Machfud

Minim Perhatian Pemerintah, Korban Konservasi Pamurbaya Mengadu ke Cak Machfud

Cak Machfud saat menyusuri sungai Wonorejo

Surabaya, Investigasi.today – Masyarakat korban konservasi Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) tersentuh atas kepedulian yang ditunjukkan oleh Calon Wali Kota Surabaya nomor urut 2 Machfud Arifin. Meski sangat sibuk, Cak Machfud masih menyempatkan diri untuk menyambangi tempat berkumpulnya para korban konservasi Pamurbaya di di Rumah Mangrove Petani Tambak Truno Djoyo, Wonorejo.

Ketua Kelompok Petani Tambak Truno Djoyo, Suratno mengatakan “ini kehormatan bagi kami, baru pak Machfud Arifin  yang datang kesini. Padahal pemerintah pusat maupun pemerintah daerah belum ada yang datang,” ungkapnya, Sabtu (3/10).

Pria yang akrab dipanggil Cak Ratno ini menuturkan bahwa para korban konservasi berharap aspirasi yang disampaikan akan diperhatikan bila nanti Pak Machfud terpilih menjadi Wali kota Surabaya. Karena hingga saat ini para korban konservasi belum mendapatkan kejelasan dan solusi terkait wilayah konservasi Wonorejo yang dinilai tidak berpihak kepada masyarakat.

Seperti; selama dua tahun terakhir, para kelompok tani Truno Djoyo terus mengalami kerugian yang disebabkan air di dalam tambak dan aliran sungai dalam kondisi memperihatinkan. Karena telah terkontaminasi berbagai limbah rumah tangga sehingga berwarna hitam dan menimbulkan aroma yang tidak sedap.

Mendapat aduan tersebut, Cak Machfud langsung mengecek kondisi aliran sungai dengan menaiki perahun nelayan salah satu warga Wonorejo. Ia mendapati kondisi sungainya sudah berwarna hitam dan aroma-nya tidak sedap, terdapat banyak bakter e-coli serta tercemar merkuri.

“Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, tentu tidak akan ada ikan yang mau datang ke sungai ini. Para nelayan terpaksa mencari ikan di tempat yang lebih jauh dan otomatis pengeluaran bbm juga lebih tinggi,” ungkapnya.

Masyarakat korban konservasi Pamurbaya saat mengadu ke Cak Machfud Arifin

Selain itu, warga yang berupaya melakukan pembibitan di tambaknya masing-masing juga menemukan permasalahan yang sama dan berakhir dengan kegagalan, karena kualitas air yang tidak baik.

“Bibit ikan di tambak-tambak menjadi mati, walaupun ada yang hidup ketika dijual harganya jauh dari pasaran. Padahal dalam situasi saat ini kami para petani tambak sangat membutuhkan pemasukan ekonomi untuk menghidupi keluarga,” keluh Cak Ratno.

Warga setempat juga tidak diperbolehkan mengambil kayu yang ada di tambak untuk dijual, karena lahan tersebut merupakan wilayah konservasi. Tapi katena kurangnya sosialisasi dari pemerintah, masih banyak warga yang tidak mengetahui. “Ada warga yang sampai meninggal karena kaget ketika dipolisikan saat mengambil kayu tambak. Kami sebelumnya tidak tahu karena tidak ada sosialisasi,” tuturnya.

Sementara itu, Andrian, mewakili masyarakat yang bermukim di perumahan Wisma Tirta Agung Wonorejo, mennyampaikan bahwa saat ini wilayah yang menjadi tempat tinggalnya masuk ke dalam area konservasi. Sehingga warga tidak diperbolehkan untuk melakukan renovasi rumah.

“Ada 600 kavling tanah di wilayah kami dan sudah 116 kavling yang berpenghuni, saat ini kami selalu dihantui penggusuran karena wilayah yang kami tempati langsung ditetapkan sebagai wilayah konservasi tanpa disosialisasikan ke warga. Banyak warga yang mengambil kavling disini, karena sebelumnya sebagaiblahan konservasi,” tuturnya.

“Masyarakat korban konservasi berkomitmen siap mendukung dan memenangkan Cak Machfud menjadi Wali kota Surabaya selanjutnya,” tandasnya. (gm)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular