Denpasar, investigasi.today – Usai pariwisata Bali dibuka, aktivitas pemotongan hewan di Kota Denpasar, khususnya di Unit Pelaksana Tugas Rumah Potong Hewan (UPT RPH) menggeliat lagi. Aktivitas pemotongan hewan meningkat lantaran hotel, restoran hingga catering kembali dibuka sehingga kebutuhan daging meningkat.
“Karena COVID-19 sudah (menurun), ada lah peningkatan dari yang dua tahun yang lalu, karena (waktu itu) hotel restoran, catering tidak gini (buka). Sekarang dengan sudah mulai dibukanya pariwisata jadi ada lah peningkatan jumlah pemotongan dari dua tahun yang lalu,” kata Kepala UPT RPH Kota Denpasar, Anak Agung Mayun, Senin (6/6).
Mayun menceritakan, sejak pariwisata Bali dihantam pandemi COVID-19, aktivitas pemotongan hewan di UPT RPH Kota Denpasar sangat sepi. Menurutnya, COVID-19 telah menurunkan daya beli masyarakat, terlebih banyak pelaku pariwisata seperti sopir hingga pemandu wisata (guide) dirumahkan.
Daya beli masyarakat yang menurun akhirnya mengakibatkan mereka melakukan substitusi ke harga daging yang lebih murah, seperti ayam. Daging ayam dipilih lantaran harganya lebih terjangkau bagi masyarakat.
“Karena daya beli masyarakat kan kurang, di pariwisata supir, guide kan sudah dirumahkan. Sedangkan daging substitusi lain seperti daging ayam kan bisa lebih murah,” jelasnya.
Aktivitas pemotongan hewan di UPT RPH Kota Denpasar pada tahun-tahun merebaknya COVID-19 juga tidak meningkat meskipun momentum Hari Raya Galungan dan Kuningan. Sebab masyarakat memilih untuk membeli babi hidup kemudian dipotong sendiri daripada membeli daging atau memotong di UPT RPH Kota Denpasar.
Menurut Mayun, jika masyarakat membeli daging babi maka harganya relatif lebih tinggi, yakni sekitar Rp 85 ribu per kilogram. Jika mereka memotong di UPT RPH Kota Denpasar, mereka juga akan terkena biaya, yakni sebesar Rp 22.500 per ekor. Jumlah biaya tersebut terdiri atas retribusi Rp 7.500 dan Rp 15 ribu untuk tukang potong.
Oleh karena itu, jelas Mayun, masyarakat lebih memilih membeli babi hidup yang harganya hanya sekitar Rp 41 ribu per kilogram. Babi tersebut kemudian dipotong secara bersama-sama, baik di banjar dan sebagainya.
“Jadi kan lebih baik dia satu banjar beli yang hidup, sehingga dia motong sendiri,” ungkapnya.
Sementara itu, Mayun belum bisa memastikan berapa jumlah babi yang akan dipotong menjelang Hari Raya Galungan kali ini. Data mengenai jumlah babi yang dipotong biasanya bisa didapatkan setelah hari penampahan.
“Kalau sekarang belum tahu memprediksikan. Di penampahan ada. Setelah itu (hari penampahan), baru kita bisa mengakumulasi berapa jumlah pemotongan,” terangnya. (Iskandar)