Friday, April 19, 2024
HomeBerita BaruJatimPenangkapan Mahasiswa IAIN Madura, Kuasa Hukum: Indikasi Tebang Pilih

Penangkapan Mahasiswa IAIN Madura, Kuasa Hukum: Indikasi Tebang Pilih

Ilustrasi

Pamekasan, Investigasi.today – Prosedur penangkapan salah satu tersangka pembakaran dalam demo di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura mendapat protes keras dari Abdus Salam. Wali dari DA tersebut mengatakan tanpa surat pemanggilan, tiba-tiba anaknya (DA) dijemput pada malam hari di Desa Dasok, Kecamatan Pademawu.

“Anak saya dijemput polisi sekitar pukul 23:00. Itu pun berdasarkan informasi tetangga, DA diseret, dipaksa polisi untuk dibawa,” ungkap Abdus Salam, Selasa (3/8).

Abdus Salam pun berencana meminta penangguhan penahanan DA kepada polisi dan menyerahkan penanganan kasus itu kepada pihak kuasa hukum.

Terkait kasus ini, kuasa hukum tersangka, Yolies Yongki Nata merasa kecewa terhadap kampus IAIN Madura. Ia mengatakan mestinya kasus ini diselesaikan oleh internal kampus secara kekeluargaan.

“Terindikasi tebang pilih, kami sangat menyayangkan penangkapan ini,” ucapnya.

Yongki meminta pihak kepolisian untuk menangkap semua pelaku beserta dalang dari aksi demonstrasi anarkistis itu tanpa tebang pilih. “Semua harus ditangkap. Baik itu korlap, dalang aksi itu, dan semua yang melakukan pengrusakan,” tegasnya.

Terkait tudingan tebang pilih, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Pamekasan AKP Tommy Prambana menyatakan bahwa kasus ini tidak berhenti di dua tersangka. Jika cukup bukti, pihaknya membuka kemungkinan ada tersangka lain.

“Kasus ini akan kita kembangkan, kami juga menghargai wali tersangka yang memakai tim ahli hukum,” tandasnya.

Untuk diketahui, sebuah video amatir demo anarkis yang menyebabkan rusaknya sejumlah fasilitas kampus di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur pada Jumat (30/7) viral di media sosial .

Aksi anarkis Dewan Mahasiswa Kampus dengan sejumlah organisasi mahasiswa yang menuntut agar uang kuliah tunggal (UKT) diturunkan itu dilakukan lantaran usai dua kali menggelar demo namun tidak ditemui rektorat.

Koordinator aksi, Syaiful Bahri mengatakan alasan sejumlah fasilitas dirusak dan dibakar, karena ada beberapa faktor. Salah satunya, kampus dalam hal ini rektorat sudah dinilai tidak kooperatif dalam melayani aksi demo.

Sebab ada beberapa oknum rektorat justru melakukan ulah dengan cara mengancam dan mengintimidasi peserta demo. Ancamannya akan mencabut beasiswa dan tidak akan meluluskan mata kuliah bagi mahasiswa yang turun ikut demo.

“Ancaman itu hingga sampai kepada orang tua. Ini miris karena sampai melakukan tindakan ancaman dan intimidasi,” ungkap Syaiful Bahri, Jumat (30/7)

Syaiful menuturkan dua kali aksi sebelumnya tidak ditanggapi, yakni pada tanggal 22 Juli dan 29 Juli. Bahkan di aksi terakhir, sejumlah mahasiswa rela bertahan hingga menduduki kampus untuk mendapatkan respons dan tanggapan rektorat.

“Kami hanya ingin meminta rektorat agar memberi keringanan UKT selama pandemi Covid-19,” tandas Syaiful.

Sementara itu, Rektor IAIN Madura Mohammad Kosim menegaskan penurunan uang UKT dinilai sudah cukup tinggi bila dibandingkan dengan kampus lain di Indonesia, yakni sudah mencapai 20 persen sampai 25 persen. Akan tetapi, ia heran mahasiswa masih kembali menuntut minta penurunan.

“Saya tidak menemui mereka, karena sakit. Saya sudah tugaskan wakil rektor untuk menemui, tapi mereka malah yang menolaknya,” ucap Kosim. (Fathor)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -











Most Popular