Thursday, April 25, 2024
HomeBerita BaruJatimMeringankan Beban Wali Murid, SMAN 1 Glenmore Pakai Seragam Bebas

Meringankan Beban Wali Murid, SMAN 1 Glenmore Pakai Seragam Bebas

Murid SMAN 1 Glenmore Berseragam bebas.

BANYUWANGI, investigasi.today – Guna untuk meringankan beban murid/wali murid agar tidak terbebani biaya mencapai jutaan rupiah untuk pembelian seragam terlebih dalam kondisi pandemi covid-19 hingga kini belum juga bisa teratasi sehingga sangat berdampak pada perekonomian, SMAN 1 Glenmore terletak di Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi memakai seragam bebas sebagaimana mahasiswa yang duduk di bangku kuliah.

Kepala sekolah SMAN 1 Glenmore, H.Mochammad Rifa’i, M.Pd mengatakan,”Meringankan beban orangtua.murid saya bebas.mau seragam atau tidak terserah saja. Bukan pelanggaran. Daripada beli seragam harganya sampai hampir 2juta dan Saya mengusulkan sekolah tidak perlu seragam. Cukup satu baju, jaket almamater. Persis mahasiswa tapi para pejabat dan semua kepala sekolah tidak ada yang setuju”, ucapnya.

“Pemerintah memberikan kebebasan sekolah untuk mengambil kebijakan sendiri sekalipun tidak umum dan berbeda dengan yang lain namun prinsip!profesionalisme, idealisme dalam pendidikan tetap dijalankan. pendidikan yang bermutu itu ada pada kualitas layanan dan yang lain bersifat seremonial itu hanya kelaziman di negeri kita. Di negara maju, yang utama layanan. Layanan dalam proses pembelajaran dan juga layanan dalam non akademik seperti rasa aman dan nyaman. Siswa benar- benar menjadi diri sendiri yang merdeka. Bebas buly dan sejenisnya”, lanjutnya.

“Tata tertib dibuat utamanya untuk melindungi rasa aman dan nyaman. Serta untuk membentuk budaya pergaulan yang produktif, inspiratif. Sopan dan santun ditinggikan. Semua saling menghormati dan menghargai. Guru dan murid  sama-sama saling menghormati dan menghargai. Jangan ada kesan lembaga menjadi  milik atau dalam penguasaan guru. Sementara murid dan orangtua murid diposisikan orang yang butuh, diposisikan sebagai tamu. Itu salah. Lembaga ini milik masyarakat dan guru ASN ditugaskan untuk melayani masyakarat. Jadi melayani anak-anak itu merupakan wujud melayani masyarakat yang menjadi tugas utama ASN sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Sekali lagi melayani murid adalah melayani masyarakat. Harus sebaik-baiknya”, imbuhnya.

“Sementara ini ada kesan sekolah semakin favorit semakin (maaf) kurang ramah. Perasaan anak2 pun kurang nyaman, bahkan kurang aman utamanya sisi psikologisnya. Perasaan  imperior, direndahkan dan bahkan bentuk kata2 yg cenderung membuli bagi anak2 yang mungkin berbeda (jangan disebut anak nakal). Anak berbeda itu harus diakui dan dibimbing sesuai dengan keadaannya. Bulan diancam2 tidak naik, nilai jelek, dipindah ke sekolah lain”, cetusnya.

Demi kemajuan dunia pendidikan terutama di Kabupaten Banyuwangi menurut Mochammad Rifa’i, “Sejalan dengan konsep Mas Menteri bahwa sekolah harus menjadi tempat belajar yang merdeka dan memerdekakan. Demikian juga guru menjadi profesional yang merdeka dalam melayani pembelajaran maka tidak ada lagi sekolah yang semakin favorit semakin menyeramkan bukannya menyenangkan. Silakan para pihak melakukan penelitian ilmiah kebenaran informasi dari saya. Berapa kata-kata negatif yang diterima anak-anak setiap hari dari guru. Penelitian  lama tahun 90-an pembulian atau kekerasan guru terhadap siswa dalam bentuk verbal dan tindakan (hukuman fisik) mencapai 15% untuk alasan mendidik disiplin. Ini tidak boleh terjadi di era sekarang. Anak-anak harus terlindungi lahir dan batin dari berbagai bentuk kekerasan dari manapun asalnya, utamanya di rumah dan di lingkungan sekolah”, jelasnya.

“Sekolah harus menerapkan konsep ramah anak, ramah sosial, ramah ekonomi dan solusi bagi yang membutuhkan. Orang miskin dan anak yang dipandang kurang pintar akademik tidak repot untuk mendapatkan layanan pendidikan (Sekolah negeri). Sekolah ini untuk melayani semua bangsa”, pungkasnya. (Widodo)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -











Most Popular