
Jakarta, investigasi.today – Ditengah ancaman perilaku intoleran dan politik identitas yang terjadi di masyarakat, belakangan ini terdapat upaya untuk mempertentangkan antara ideologi Pancasila dengan keislaman. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani usai menerima penghargaan dari Lemhanas.
“Perilaku intoleran telah berkembang dan menjadi ancaman serius bagi eksistensi persatuan Indonesia. Akhir-akhir ini Pancasila dan keislaman juga seperti dipertentangkan,” ungkap Puan di Jakarta, Kamis 5/9).
Menurut Puan Ideologi Pancasila dan keislaman sejatinya memiliki keterkaitan satu sama lain, karena di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. “Pancasila dan keislaman dapat diibaratkan sebagai dua rel kereta api, yang jika keduanya berdampingan dengan kokoh akan mengantarkan Indonesia menuju tatanan masyarakat yang adil dan makmur,” tandasnya.
Puan menyampaikan untuk meredam upaya tersebut, diperlukan langkah konkrit, yang salah satunya dapat ditempuh dengan mengambil jalur kebudayaan. Saat ini diperlukan penguatan terhadap interaksi antar budaya di Indonesia untuk menghapus eksklusivisme dan berbagai prasangka antar kelompok.
“Budaya interaksi itu haruslah inklusif melibatkan warga bangsa dari berbagai etnis agama dan budaya. Dengan itu akan terbangun manusia Indonesia yang inklusif dan berpandangan terbuka. Hanya dengan membangun budaya inklusif dan terbuka maka akan terbentuk pola kepribadian nasional, yakni gotong-royong,” terangnya.
“Saat ini semangat gotong-royong royong sangat diperlukan guna memperkuat rasa cinta Tanah Air dan kesadaran bahwa Indonesia dipersatukan oleh Pancasila. Dengan memiliki rasa cinta yang kuat kepada Tanah Air, maka kita dapat bersatu dalam menjaga, mempertahankan geopolitik nasional dan kepentingan nasional Indonesia di segala bidang, religi, ekonomi, sosial, politik, dan budaya,” pungkasnya. (Ink)