Saturday, July 27, 2024
HomeBerita BaruPeristiwaPantau Pengidap HIV, Pemkot Intensif Lakukan Monitoring di Kawasan Eks Lokalisasi

Pantau Pengidap HIV, Pemkot Intensif Lakukan Monitoring di Kawasan Eks Lokalisasi

Surabaya,Investigasitop.com- Keberadaan lokalisasi di Kota Surabaya kini tinggal cerita. Itu seiring upaya
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengalihfungsi kawasan tersebut sejak empat
tahun lalu. Meski lokalisasi kini tinggal nama, tetapi Pemkot Surabaya terus
melakukan fungsi monitoring. Utamanya melakukan pemeriksaan HIV di kawasan eks
lokalisasi tersebut.

Kepala Dinas Keseha tan Kota Surabaya, Febria Rahmanita mengatakan, setelah
lokalisasi Dolly ditutup Pemkot Surabaya pada pertengahan 2014 silam, menyusul
lokalisasi Sememi dan Dupak Bangunsari, Pemkot meningkatkan pemeriksaaan HIV
kepada mereka yang ‘terjaring’ di kawasan tersebut. Termasuk juga melakukan
pemeriksaan kepada ibu hamil.

“Kami terus melakukan monitoring di kawasan eks lokalisasi. Termasuk melakukan
penyuluhan di kelurahan dan juga tempat-tempat umum seperti terminal. Kami juga
meningkatkan pemahaman kepada warga agar tidak ada stigma negatif dan
diskriminasi terhadap pengidap HIV,” jelas Febria Rahmanita ketika jumpa pers
di Kantor Bagian Humas Pemkot Surabaya, Rabu (3/5)
“Dijelaskan
Febria, dari tahun ke tahun, jumlah pengidap HIV yang ada di Surabaya terus
mengalami penurunan. Dari jumlah 335 pengidap HIV pada 2014, turun menjadi 933
orang pada 2015 dan kembali turun pada 2016 menjadi 923 orang…” 

Seharusnya
tertulis : Dari jumlah 935 (bukan 335) pengidap HIV pada 2014, turun
menjadi 933 orang pada 2015 dan kembali turun pada 2016 menjadi 923
orang…” 

Lalu, bila berdasarkan wilayah bekas lokalisasi,
untuk wilayah eks lokalisasi Sememi yang dulunya 57 orang, kini menjadi lima
(5) orang, lalu eks kawasan Dupak Bangunsari dari 68 orang menjadi empat (4)
orang. Serta di eks lokalisasi Dolly dari 110 menjadi 36 orang. “Jumlah
tersebut diketahui dari hasil pemeriksaan di Puskesmas dan juga hasil razia
yang dilakukan Satpol PP di kawasan eks lokalisasi ataupun di kos-kos an yang
awalnya positif narkoba kemudian kami tes HIV. Tidak semuanya merupakan WTS,
ada juga ibu rumah tangga, karyawan, buruh kasar juga seniman,” jelas Febria.

Berdasarkan data tersebut, jumlah penyandang HIV di Surabaya memang terbilang
masih cukup tinggi. Dan itu tidak lepas dari fakta banyaknya jumlah penduduk
Surabaya serta semakin bertambahnya warga pendatang. Apalagi, dari hasil
temuan, jumlah warga Surabaya dan luar Surabaya adalah satu (1) berbanding 10.
“Semakin banyak penyandang HIV ditemukan, itu berarti surveillance (pengawasan)
kita bagus.(budi)

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -


Most Popular