Ponorogo, investigasi.today – Risalah Doa Penutupan dan Ritual Larung Sesaji dalam rangkaian acara perhelatan Grebeg Suro 2017 yang digelar di Lereng Kaki Gunung Wilis tepatnya di Telaga Ngebel, kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo Jawa, Timur Kamis ( 21/9/2017 ).
Terdapat 8 Tumpeng atau Gunungan dimana satu Gunungan Utama atau Tumpeng Agung dilarung kemudian ditenggelamkan tepat di tengah-tengah Telaga. Sementara 7 Tumpeng Lainnya, adalah Buceng Purak yang diperuntukkan bagi warga masyarakat yang berkunjung.
Ribuan warga yang telah lama menugggu sejak pagi langsung berebut untuk mendapatkan Buceng yang berisi hasil Bumi dan dipercaya dapat mendatangkan berkah.
Sebelum dilarung dan diperebutkan masyarakat, ke-8 Buceng diarak terlebih dahulu mengelilingi Telaga sepanjang hampir 4 KM.
Larung Sesaji dan Risalah Doa dipimpin langsung oleh Bupati Ponorogo Ipong Mukhlisoni dari atas Perahu, sementara 3 Penyelam menggiring Tumpeng ke tengah telaga kemudian menenggelamkannya.
Moment inilah yang paling ditunggu-tunggu masyarakat karena memang berlangsung cukup dramatis, dimana para penyelam menggiring tumpeng ke tengah telaga tanpa menggunakan alat bantuan apapun.
Salah seorang penyelam lokal, Sakun (50) warga Desa Ngebel mengaku selain berlatih fisik, memang ada ritual khusus yaitu berpuasa selama tiga hari dan ritual tirakatan lainnya.
“Saya menyelam menggiring Tumpeng sejak 1992, syaratnya melek’an atau terjaga beberapa malam sebelum prosesi larungan ” ungkap Sakun.
Puluhan perahu Boat ikut mengiringi Proses pelarungan, termasuk Perahu dari Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Ponorogo yang ikut bersiaga mengamankan jalannya prosesi pelarungan Tumpeng Agung setinggi 2 meter tersebut.
Ketua panitia lokal sekaligus Camat Ngebel Suseno mengatakan kegiatan ini sekaligus membantu pemerintah daerah Untuk mempromosikan potensi alam dan potensi budaya di Telaga Ngebel agar semakin dikenal masyarakat.
“Pada akhirnya tujuan kita bisa menarik wisatawan sebanyak banyaknya datang ke Telaga Ngebel,” terang Suseno.
Tokoh sesepuh setempat, KR Tumenggung Suryadi, berharap dengan ritual larungan sesaji dan risalah doa dapat mendekatkan diri kepada yang maha kuasa dan mendapat keselamatan serta kebaikan di tahun yang baru.
“Jadi tujuan pertama menyambut tahun baru, kedua kita berdoa agar selamat dan dijauhkan dari marabahaya,” kata KRT Suryadi.
Sementara itu Bupati Ponorogo Ipong Mukhlisoni mengatakan, Risalah Doa dan Larung Sesaji sebagai wujud syukur atas nikmat selama satu tahun. Menurut Bupati Ipong dengan bersyukur Tuhan akan melipatgandakan nikmatNya.
“Ini tradisi baik, apalagi kita sebagai orang jawa. Bersyukur juga merupakan tuntunan agama, “ terang Ipong.
Sebelum Upacara Larungan, pada malam satu suro di telaga Ngebel juga diadakan sejumlah agenda seperti Pengajian dan Khataman Al-Qur’an serta penyalaan Ribuan Obor di sekeliling Telaga.
Selain ingin menyaksikan ritual larungan sebagian masyarakat berdatangan ke kawasan telaga untuk liburan dengan menikmati Pemandangan yang cukup indah. Sempat ada Parade Perahu Boat saat menyambut kedatangan Bupati di kawasan Telaga.
Larung Sesaji dan Risalah Doa menjadi Penutup Rangkaian Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional 2017 yang dibuka pada 12 September lalu dan telah berlangsung selama 10 hari. Semoga acara seperti terus berlangsung tiap Tahun dan semakin meriah, yang nantinya bisa menarik para wisatawan Sehingga Ponogoro lebih dikenal luas sampai ke Mancanegara. ( Agus / Adi )